| Kawan, Jalan Bukan Sirkuit Untuk Balapan |
Kawan, Jalan Bukan Sirkuit Untuk Balapan
Aku jarang-jarang keluar malam mingguan hingga larut malam di atas pukul 12 malam untuk sekedar keliling-keliling kota apalagi sampai berkonvoi. Kalaupun aku keluar rumah di atas jam 12 malam, aku lebih memilih nongkrong di warung hik (atau Angkringan) sambil duduk manis nyeruput seduhan teh manis hangat sambil menyantap nasi kucing ditemani bakaran tempe atau tahu goreng.
Tetapi suatu kali aku diajak seorang kawan untuk sejenak menyaksikan sebuah episode kehidupan malam di Solo di atam jam 12 malam. Pilihan lokasi waktu itu adalah kawasan Jl. Slamet Riyadi, sebuah ruas jalan raya terbesar di kota Solo yang konon merupakan jalan raya paling lurus simetris sejajar nomor satu di Indonesia. Tepatnya di kawasan Gladak-Keprabon.
Awalnya aku tak mengetahui apa yang ingin diperlihatkan kawanku itu. Kami menyengaja duduk di atas motor yang diparkir di tepi citywalk sisi jalan raya. Tak berlangsung lama, aku menyaksikan tiba-tiba jalan bebas dari kendaraan. Ratusan motor kemudian menepi. Di setiap gang-gang atau jalan yang terakses dengan Jl. Slamet Riyadi ditutup dengan beberapa motor. Mereka seperti tengah memblokir jalan. Suara klakson mobil dan motor yang bermaksud meminta mereka menyingkir dari tengah jalan agar bisa masuk Jl. Slamet Riyadi tak mereka hiraukan sama sekali. Bahkan beberapa diantara justru menggeber gas motor menjawab klakson. Baca tulisan ini lebih lanjut
![]() | WordPress.com | Thanks for flying with WordPress! |
Trouble clicking? Copy and paste this URL into your browser: http://subscribe.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar